Jumat, 02 April 2010

The Afraid of Losing

Tulisan berikut tidak didesain untuk mudah dilihat dan dibaca karena memang ditujukan kepada yang sungguh-sungguh ingin membaca dan mengetahui isinya, postingan kali ini akan memakai bahasa yang agak formal,mungkin membosankan, karena hanyalah luapan isi kepala di saat kalut, jadi silakan lewati saja postingan ini jika anda bukan pembaca dengan minat tinggi, tidak bermaksud apa-apa, hanya tidak ingin merepotkan Anda. Terimakasih.

Dalam hidup ini, satu hal yang paling kutakuti bukanlah kecoa, atau Tuhan (heii..menurutku Tuhan bukan ada untuk ditakuti, tapi untuk dihormati dan diteladani), yang paling kutakuti ialah kehilangan orang-orang yang paling kusayangi, kehilangan orang-orang yang memiliki peran penting dalam hidupku. Sering aku merasa bodoh karena rasanya perasaan ini sangat tidak beralasan, terlalu sering menjadi beban pikiranku sehingga membuat diriku kehilangan semangat untuk melakukan kegiatan apapun. Tak kusangka aku sering mengutuk kebodohan jalan pikiranku itu. Tapi itulah kenyataan, itulah ternyata salah satu trauma yang kumiliki karena dulu aku pernah dicampakkan oleh orang yang kuanggap seperti saudara sendiri, seseorang yang amat kusayangi, mungkin lebih kusayangi lebih daripada aku menyayangi diriku sendiri, jangan tanya "ortu gimana?" oh itu hal yang berbeda, tanpa harus dibuat prioritas, keluarga inti adalah yang utama. Hal itu mungkin tidak akan menjadi trauma yang begitu sulit disembuhkan hingga kini jika Ia mencampakkanku bukan dengan cara yang demikian mematikan, perlahan namun pasti ia meninggalkanku dilembah ketidaktahuan yang curam, menginginkan beberapa sikap dariku, namun tidak pernah memberitahukan hal tersebut kepadaku. Aku yang dulu adalah orang yang sungguh polos,mungkin lebih tepat disebut lugu atau egois? tidak tahu apa-apa, tidak peka dengan lingkungan sekitar, tidak pernah menempatkan diri di posisi orang lain..tapi sungguh...itu bukan keinginanku, tapi tidak ada yang pernah mengajari atau memberitahuku bahwa sikap seperti itu pernah ada di dunia ini, yang kutahu hanya kulit luar dari segala hal. Tetapi itu tidak diketahui olehnya, orang yang kini telah kumaafkan dengan tulus, ketika kami di usia 11 tahun, kudapati kenyataan bahwa ia memiliki teman-teman lain selain diriku yang memiliki banyak kelebihan dari banyak segi dariku, segi fisik, segi intelektual, segi moral mungkin? yah, kuakui aku sungguh telah kalah dari mereka, ia terlihat begitu menikmati pertemanan sekelompoknya, dan begitu kuprotes, ia sempat menyesal dan memperbaiki kelakuannya, tetapi hal yang sama terulang ± setahun kemudian, kulihat ia kembali meninggalkanku sendirian ditengah kehidupan baru yang kejam buatku, kembali kunyatakan perasaanku tersebut, dan yang kudapat adalah tamparan yang begitu keras melalui tulisan disuratnya..ah tak perlu kubahas apa isi suratnya, karena hingga kini jika kubaca kembali suratnya, airmataku tak sadar telah meleleh di pipi, sungguh..aku sedih sekali saat itu disamping keadaan keluargaku yang baru menambah anggota dengan seorang bayi kecil sama sekali tidak bisa membantuku, malah menambah beban mentalku kurasa..itulah awal dari traumaku, kehilangan orang yang penting dalam hidupku karena aku tidak bisa memosisikan diri sebagai teman atau apapun itu dengan baik, tidak mampu memenuhi tuntutan darinya terhadapku..sejak saat itu aku selalu berusaha menjaga baik-baik tiap perubahan perilaku teman-teman yang telah kuanggap sahabat.

Aku selalu seperti orang gila ketakutan dan cemas ketika aku mulai merasa seseorang telah berubah tindak tanduknya terhadapku, tak seperti biasanya, aku cemas sekali jika ia marah padaku, jika itu terjadi aku akan mulai intropeksi diri mengingat-ingat kembali apa saja yang terakhir kali kulakukan, yang terakhir kali kukatakan kepadanya, bagaimana sikapku kepadanya..apakah ada yang salah??? jika kebetulan aku menemukan yang kurasa salah dari diriku, kemudian dengan bodohnya aku akan mengutuk-ngutuk diri sendiri karena telah berbuat demikian, dan mencoba untuk meminta maaf kepada sahabatku tersebut, seringkali aku mendapati ternyata aku tidak salah, kadang ternyata aku memang salah, tetapi apa yang sering kudapati ialah kenyataan yang pertama, dan itu terjadi ketika aku menginjak jenjang sekolah menengah akhir. Aku yakin semua orang pasti mengalami masa-masa remaja terbaik semasa SMA nya. Aku telah menemukan banyak orang yang sungguh mengisi hari-hariku dan membuat diriku yang sangat takut meminta tolong orang lain menjadi sadar bahwa sahabat yang sesungguhnya akan selalu ada untuk memberi pertolongan ketika dibutuhkan. Beruntung traumaku ini mendapat pengobatan secara tidak langsung ketika aku diharuskan mengikuti pelatihan khusus disuatu tempat bersama dengan 4 gerombol teman dari sekolah lain, disana dengan cara yang tidak kumengerti maknanya aku mengikuti segala macam rangkaian kegiatan yang baru-baru ini kurasakan makna dan manfaatnya. Kini aku tak lagi terlalu sering melelahkan otakku dengan pikiran-pikiran bodoh seperti itu..ingat tak lagi terlalu sering, bukan berarti tidak pernah. Melalui kegiatan tersebut aku telah bertemu dengan sahabat-sahabat yang telah membuatku membenarkan lagu "That's what friends are for"..oh bukan berarti sahabat diluar itu tidak ada yang sebaik itu, tetapi baru kali ini aku bisa menemukan sebegitu banyak orang dalam waktu relatif singkat yang mau mencurahkan waktunya kapanpun untukku untuk mendengar keluh kesahku, mau membantuku sebisa mungkin, selalu ada ketika aku butuh..tapi untungnya pula mereka belum pernah menunjukkan tanda-tanda yang paling kutakuti, jadi selama ini aku perlahan terobati karena tindakan mereka yang tidak pernah menyentuh titik lemahku.
Akan tetapi, kusadari ketakutan itu kini sering kualami lagi, tetapi bedanya itu tak lagi kuterapkan ke banyak orang, selama kurang lebih setahun ini, yang sering membuatku kambuh merasakan ketakutan itu tidak jamak lagi..tetapi sukses mematikan ketika penyakit itu kambuh, merontokkan seluruh pertahanan yang telah kubangun tebal-tebal, membuat otakku berada dalam kondisi low-voltage, koneksi lambat, seakan-akan menambah dalam minus mataku, seakan-akan mengurangi umurku beberapa jam (amit-amit mengurangi umur..tapi setiap pengurangan umur, sudah ditambah kembali berkali-kali lipat melalui kunjungan sahabt2 dan penjelasan ybs) pelaku kambuhnya penyakitku ini sepertinya memang belum sadar kalau teman komunikasinya selama ini memiliki ketakutan yang aneh,padahal aku bisa mengatasi ketakutan yang lain dengan cara memikirkan konsekuensi jika aku kehilangan, mengatakannya langsung ke orang yang bersangkutan, dsb, tapi cara2 itu tidak bisa kuterapkan kepada si pelaku ini, intinya hingga saat ini aku masih belum bisa mengatasi ketakutan itu ketika aku kambuh padahal aku telah tahu segala kegiatannya setiap hari, pada jam berapa, tetapi aku khawatir jalan pikirannya lah yang terus berubah. Satu hal lagi yang aneh dariku ialah sikapku yang sering mengomeli teman, ya..sebenarnya aku tidak akan mengomeli orang lain jika aku tidak perhatian kepada mereka, tidak mungkin jika aku peduli aku mau berpusing-pusing memerhatikan mereka,protes akan kelakuan mereka, tetapi tidak mungkin aku memarahi orang yang tidak akrab denganku, karena aku termasuk orang yang tertutup dan cuek, tidak begitu peduli apa yang orang lain (yang tidak dekat denganku) katakan tentang diriku, karena kupikir, percuma memerdulikan omongan seperti itu, karena mereka tidak tahu diriku yang sebenarnya, dan akupun memang bukan seperti yang mereka katakan.
Semoga tulisanku yang aneh ini bisa membuat orang-orang di sekitarku yang kusayangi tahu bahwa aku sungguh takut kehilangan mereka..thx

5 komentar:

Viriya Paramita mengatakan...

nice,tulisan lo ga se'ilmiah' itu koq len,tp emang dalem & cukup mengetuk ;p

Bene Krisna mengatakan...

gpp, semua orang punya ketakutannya sendiri2, anyway ga msalah kok nulis curhatan gini, gw juga suka curhat (colongan) hahahaha. keep posting!

felicia amanda mengatakan...

lenn.. its cool and touching u know... gw bener2 suka tulisan u yg ini... hmmm... len, keep posting yahh... semua org merasakan itu len.. cm masalahnya seberapa dalam org itu memandang arti kehilangan itu buat dia...yg hrs manusia lakukan adlh terus maju...

Neneng mengatakan...

Jadi terharu sebagai salah satu dari segelintir orang yang sering diomelin ama valen. Gue juga suka gitu kok..trauma kehilangan..hiks

Gue ngerti banget kok..alesan lo marah.. bahkan gue juga seneng..kan sebagai wujud perhatian.heheh
Yah udah lah yhaa sabar aja..

Anonim mengatakan...

hm, agak menyesal saya. kenapa baru baca postingan anda sekarang? tapi tak apa, justru karena saya baca sekarang, saya sedikit bisa memahami anda.
ketika wawancara seminari, saya menceritakan tentang trauma saya. memang susah untuk menyembuhkan dan susah untuk menceritakan. tapi kemudian saya diberitahu jalan keluarnya (cuma belum berani saya praktekkan). sudah biasa sih (anda juga tahu ini), terima rasa itu, sadari kemudian komunikasikan. ceritakan apa yang anda rasa kepada yang bersangkutan. semoga bisa membantu. kita sama - sama sakit. salam.


Labels